32. Mengelola Taman Bacaan
RESUME KE 30
Alhamdulillah tidak terasa kegiatan BM
gelombang 23& 24 sudah sampai dipenghujung. Masih banyak hal-hal yang ingin
saya pelajari pada kegiatan belajar menulis PGRI ini namun kita sudah sampai
pada materi pamingkas yaitu pertemuan yang ke 30 dan dari setiap pertemuan tak
pernah saya lewatkan. Rasanya kegiatan ini jangan berakhir namun Qadharullah
sesuai dengan rencana kegiatan awal bahwa kegiatan beljar menulis PGRI asuhan
Om Jay sampai dengan 30 pertemuan dan sekarang sudah sampailah sudah pertemuan
pamungkas..Materi pertemuan pamungkas ini “ Mengelola Taman Bacaan”didampingi
moderator ibu Rosminiyati dan narasumber hebat bapak Bambang
Purwanto,S.Kom.,Gr.beliau biasa dipanggil Mr.Bams atau ayah Salwa.Tempat
tanggal lahir Bandung 06 April 1974.Pendidikan terakhir Si STMIK AMIK Bandung.Ayah
Salwa ini merupakan pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) AS di desa lebak
Wangi keamatan Arjasari Kabupaten Bandung.
Dari flayer yang ditampilkan saya jadi
teringat bahwa pada tahun 2018 lalu di Sumba Timur Taman Bacaan Pelangi yang di
dirikan oleh Nila Tanzil yang bertempat di
Jakarta pusat bekersama dengan pemerintah daerah Sumba Timur mendirikan
dua perpustakaan ramah anak yang bertujuan untuk memberikan dorongan kepada
anak agar gemar membaca.. Namun taman bacaan yang diresmikan oleh kepala daerah
saat ini seakan mati suri karena kehidupan saat ini tidak bisa terpisah dengan
dunia digital sehingga taman bacaan tak
mampu bertahan jika masih dengan membaca secara manual sementara e-boook mudah didapat.
Kehadiran era digital memang realitas
yang sulit terbantakan dan tidak mungkin
kita tolak.. Masyarakat saat ini seakan tk hidup tanpa digital dan lebih suka memilih yang instan .
Era digital seakan meminggirkan
eksistensi taman bacaan ,sehingga buku-buku manual yang ada di taman bacaan tak pernah disentuh
dan dibaikan diganti dengan e-book. Saat ini taman bacaan
ramah anak yang yang didrikan oleh taman bacaan pelangi seakan
menjadi jalan sunyi ditengah keramain era digital sebagaimana realita yang kita
hadapi saat ini semuanya serba online.
Untuk itu agar taman bacaan tetap eksis
mari kita simak kisah dari narasumber :berikut ini :
“Alhamdulillah malam ini bisa berbagi
pengalaman dalam mengelola taman bacaan. Istilah yang sedang keren adalah Taman
Bacaan Masyarakat (TBM). Malam ini saya mengucapkan terima kasih kepada Om Jay
yang memberikan kesempatan untuk berbagi malam ini.
Buku sangat identik dengan penulis. Nah hari
ini juga kita akan membahas sesuatu yang dekat dengan buku dan penulis.
Ijinkan saya membagikan gambar tentang
TBM. Nama TBM kami adalah TBM AS Lebakwangi. Awal berdiri tanggal 5 Oktober
2011 dengan nama TBM Ayah Salwa.Terus berkembang.👍
Nama Ayah Salwa digunakan sebagai nama
TBM, dengan alasan menggunakan nama panggung kalau sedang mendongeng. Walau
akhirnya di tahun 2012 TBM Ayah Salwa diganti dengan nama TBM AS Lebakwangi.
TBM AS Lebakwangi saat berdiri masih
bergabung dengan rumah. Rumah mungil berukuran 21 meter peregi. Rumah yang
terdiri dari Ayah Salwa, Ibu Salwa dan Salwa anak semata wayang.
TBM AS Lebakwangi hadir karena kepedulian
kepada anak-anak. Ayah Salwa sang pendongeng merasa perlu mengajak anak-anak
untuk senang membaca. Awal berdiri tidaklah mudah. Tantangan dari pasangan pun
menjadi tantang pertama yang harus dinegosiasi. Memberikan penjelasan kepada
pasangan itu pun butuh perjuangan alias senyuman manis.
Mengawali dengan mengumpulkan buku-buku
yang dimiliki di rumah. Terkumpul ada sekitar 200 buku. Kami simpan di sebuah
box. Setelah terkumpul, saya memilih tanggal yang sekiranya baik, maka kami
lahirkan TBM Ayah Salwa pada tanggal 5 Oktober 2011. Berarti sekarang umumnya
sudah masuk 10 tahun.
Mengawalinya kami siapkan sebuah rak,
dengan 3 trap. Rak pertama saya simpan koran dengan buku pengunjung. Rak kedua
saya simpan 20 buku cerita anak-anak. Rak ketiga saya simpan majalah bobo
sebanyak 20 buah. Setiap pagi saya simpan di teras. Rumah kami tanpa pagar.
Anak-anak sangat mudah sekali menjamah buku yang kami simpan di teras. Rumah
kami kosong, karena Ayah Salwa dan Ibu Salwa bekerja. Salwa saat itu usianya
masih 8 tahun. Setiap pagi saya antarkan ke rumah Ibu, sehingga rumah kosong.
Kini Salwa sedang kuliah semester 2 di UNPAS dengan Jurusan Kependidikan Bahasa
Indonesia. Mohon doanya agar bisa menjadi guru yang disenangi anak-anak kelak
Perjuangan membangun TBM saya melakukan
pendekatan kepada tetangga, Ketua RT dan Ketua RW. Walau saat itu saya sedang
menjabat sebagai Ketua RT, kini sih sedang menjabat Ketua RW 13 Lebakwangi Asri
Desa Lebakwangi Kec Arjasari Kab Bandung
TBM AS Lebakwangi dalam menjalani
kegiatannya memanfaatkan facebook. Kini memang kurang aktif, karena pandemi dan
saya menjabat Ketua RW sehingga lebih fokus mengelola keperluan masyarakat.
Apa yang dilakukan di facebook? Posting
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di TBM AS Lebakwangi. Kegiatan awal memang
tidaklah langsung mengajak anak-anak membaca. Cara perdana adalah dengan
mengadakan Dongeng Ayah Salwa. Ternyata anak-anak senang mendengarkan dongeng.
Buku-buku kami keluarkan dan di gelar di meja yang telah disiapkan. Anak-anak
berkumpul dan mendengarkan dongeng.
TBM AS Lebakwangi pun memiliki blog,
walau jujur ternyata untuk istiqomah mengelola blog itu memang tidaklah mudah.
Kini saya lebih fokus dengan penamrbams.id.
Tinggal di Kabupaten Bandung sangatlah
beruntung. Banyak pegiat literasi yang lebih dulu bergerak dibidang literasi.
Mereka tidaklah memikirkan biaya, militansinya sangat terasa. Sebut saja TBM
Arjasari dan Sudut Baca Soreang.
Dalam mengelo la TBM AS Lebakwangi kami
mencari pengelola yang sanggup menunggu. Bahkan kami memiliki 5 generasi yang
pernah menjadi pengelola harian. Mereka kami berikan insentif. Mulai dari 100
ribu hingga yang terakhir 500 ribu. Dari mana uangnya ? awal dari pribadi,
sampai akhirnya mendapatkan donatur karena mereka peduli dan melihat kegiatan
di Facebook.
Apa sih keutungan membuat TBM? TBM bagi
kami sekeluarga adalah tempat pengabdian. Tempat belajar untuk ikhlas, sabar
dan senang dengan anak-anak. TBM tidaklah seseram Perpustkaan yang harus
hening. Coba bayangkan anak-anak dengan riang membaca dengan bersahutan. Mereka
tidak merasa terganggu. Bayangkan saat kita di perpusakaan sekolah misalnya,
baru ngobrol sebentarnya saja langsung orang yang terdekat akan menatap tajam
sembari sedikit mengeluarkan mata, heheh. Maaf jangan ribut ya 😂
Interaksi dengan TBM lain membuat
jaringan TBM menjadi kuat. Silaturahmi pegiat literasi memudahkan untuk saling
menguatkan. Ini kegiatan benar-benar sosial, ngak ada duitnya. Untungnya adalah
kebahagiaan yang bisa melihat anak-anak membaca buku, pinjam buku, cerita
bersama , belajar komputer, belajar internet, belajar bernyanyi, membuat puisi,
dan banyak kegiatan lainnya.
Tahun 2013 saya diberikan amanah sebagai
Bupati. Maaf bukan Bupati pemerintahan Kabupaten Bandung, tetapi Ketua Forum Taman
Bacaan Masyarakat (FTBM) Kabupaten Bandung. Mendapatkan amanah sebagai Ketua
FTBM Kab Bandung periode 2013-2017. Menjadi ketua sebuah organisasi pun
tidaklah mudah, tidak dapat biaya operasional. Untuk roda organsasi tetap
berjalan, harus membangun kemitraan dengan Dinas Pendidikan dan Dinas
Perpustakaan (saat itu di Kab Bandung, adalah BAPAPSI masih berupa Badan belum
Dinas)
Prestasi yang diraih dalam pengelolaan
TBM AS Lebakwangi adalah :
1. Terpilih sebagai Ketua Forum TBM Kab
Bandung periode 2013-2017
2. Juara ke 1 TBM se Kab Bandung tahun
2013
3. Juara ke 2 TBM se Provinsi Jawa Barat
tahun 2013
4. Juara ke 1 TBM se Kab. Bandang tahun
2014
5. Juara ke 1 TBM se Provinsi Jawa barat
tahun 2014
6. Anugerah Sabilulungan Award tahun 2018
dari Bupati Kab. Bandung
7. Juara ke 1 TBM Teladan se Kabupaten
Bandung 2019
Tahun 2012, setahun sejak TBM AS
Lebakwangi berdiri kami mendapatkan kejutan. Rizki yang tak disangka kami bisa
membeli rumah yang masih dekat dengan TBM. TBM no 18 rumah yang baru no 26.
Dekat loh. Sejak itu TBM AS Lebakwangi memiliki bangunan yang mandiri. Tidak
seperti saat gabung dengan rumah pribadi. Saat itu kalau TBM buka, anak-anak
bisa sampai membaca di dapur bareng Ibu Salwa,
Apa hubungan TBM dengan Guru ? Guru
sepantasnya menjadi buku sebagai sahabat yang bisa dicintai. Mencintai buku
banyaklah cara, seperi Bapak-ibu yang saat ini sedang berjuang untuk melahirkan
buku. Awalnya antologi selanjutnya buku solo. Kecintaan saya kepada buku sudah
sangat tak bisa dipisahkan. Rumah pun penuh buku dimana-mana
Pengalaman seru di TBM, bila ada
kegiatan. Seperti kegiatan BIMTEK. BIMTEK TBM yang dilaksanakan di Hotel Grand
Pasundan tahun 2011 mengantarkan saya bisa bertemu dengan para pegiat literasi
tingkat Nasional. Seperti GOL A GONG, Wien Muldian, Agus Munawar, Agus M.
Irkham, Bu De Kiswanto, dan lain-lain
Program yang menarik buat kami adalah
gelar buku ke sekolah-sekolah yang dekat dengan TBM AS Lebakwangi. Dengan
menggunakan motor membawa buku sekitar 100-200 bersama isteri, menjadi sebuah
romantis berbau literasi. Saat di sekolah, kami gelar buku. Anak-anak
mendapatkan dongeng, juga bisa membaca buku bersama-sama
Mengelola TBM sejak 2011. Mendongeng
sejak 2003. Dua aktivitas ini menguatkan saya di sekolah. Guru tak hanya
mengajar. Guru bisa lakukan banyak hal. Kegiatan literasi sangat banyak sekali
di sekolah. Saya aktif sejak adanya Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sejak jaman
pa Anis. Bahkan dimulai jadi relawan di sekolah, pernah menjadi Koordinator
Literasi (2019-2020 dan 2020-2021). Berhasil membuat SMP Taruna Bakti
mendapatkan Anugerah Sekolah Literasi Ketegori Utama se Kota Bandung.
Penghargaan secara pribadi pun didapat dari Dinas Pendidikan Kota Bandung
sebagai Penggiat Literasi . Rasanya cukup karena waktu sudah menunjukkan 20.01. Inilah TBM
AS Lebakwangi buah dari perjuangan. Dilakukan dengan penuh romantis bersama
istri juga anak. Duet bahagia suami istri yang memimpikan anak-anak selalu
senang membaca. Ini lah perkenalan kami, kalau ngak kenal maka tak akan
respek”.
Begitu banyak jejak literasi dan motivasi
yang menginspirasi terkait literasi
sekolah dan masyarakat yang telah disajikan Mr. Bams.
Dari cerita ayah salwa diatas, maka syarat
untuk mendirikan taman bacaan antara
lain:
1. Niat :
Niat merupakan modal awal dalam melakukan
suatu pekerjaan . Tak ada seorang pun yang bisa menghalangi untuk membuat Taman
Baca jika sudah memilki niat dan tekad yang kuat
2. Musyawarah dengan keluarga.
Biasanya jika sebuah pekerjaan mendapat
izin dari keluarga apalagi jika keluarga juga turut membantunya insy Allah
pasti memperoleh kesuksusesan
3. Mengumpulkan buku
Taman bacaan akan berjalan dengan baik
jika sudah tersedia buku-buku yang menjadi bacaan favorit anak atau masyarakat
karena buku yang menarik akan menarik masyrakat untuk selalu mengunjunginya
karena yang dibutuhkan sudah tersedia.
4. Meminta izin pada perangkat pemerintah
setempat
Hal ini perlu dilakukan supaya pemerintah
setempat juga memgetahui adanya taman bacaan sehingga bisa memberikan motivasi
kepada masyarakat mengunjungi taman bacaan untuk menambah wawasan.
5. Memanfaatkan media sosial
Media sosial seperti facebook, WhatApp
danlainnya bisa dijadikan tempat untuk
promosi tentang taman bacaan bagi yang membutuhkan
6. Mengajak anak-anak selain kegiatan
membaca juga menggambar menggambar,
mewarnai, menulis, mendongenga cerit bersama, belajar komputer,internet dan kegiatan
menyenangkan lainnya
Selain itu taman bacaan Masyarakat agar tetap
eksis dan ramai dikunjungi oleh anak-anak atau masyarakat dan tetap eksis juga harus memilki program yang jelas dan konsisten dalam menjalankan
programnya agar anak-anak maupun masyarakat tetap mengnjungi taman bacaan dan
juga tidak terpinggirkan oleh pengaruh era digital.
Taman bacaan Masyrakat memiliki manfaaat
antara lain : Menumbuhkankan minat dan kecintaan terhadap literasi, memperkaya
pengalamn belajar bagi anak-anak maupun masyarakat di sekitar kita, dan
menumbuhkan kegiatan belajar mandiri
Demikianlah resume pamungkas ini.
Terima kasih Om Jay, bu Kanjeng, bu Aam,
bapak ibu Moderator dan semua timnya Om
Jay yang tidak saya sebutkan satu persatu atas semua ilmu yang saya dapatkan
dalam kegiatan pelatihan belajar menulis.
Besar harapan saya masih ada kelas baru
setelah ini.
selama
pertemuan Salam literasi PGRI
Komentar
Posting Komentar